Facebook

Jumat, 25 Mei 2012

Belajar Menulis Sama Seperti Belajar Berenang



Saya sering ditanya tentang kiat-kiat menjadi penulis yang baik oleh teman-teman saya yang tertarik dengan dunia tulis-menulis. Jujur saja saya sendiri masih sering kesulitan untuk menuliskan hal-hal yang saya anggap menarik karena sering mood-mood-an untuk menulis. Padahal kunci utama untuk menjadi penulis yang baik adalah menulis, menulis dan menulis. Seperti yang pernah dikatakan Pak Asep Syamsul Romli, salah satu dosen saya saat masih duduk di bangku kuliah, katanya belajar menulis itu seperti belajar berenang, betapa seringnya seseorang membaca buku tentang kiat-kiat berenang ia tetap tidak akan bisa berenang selama tidak menceburkan diri ke kolam renang. Begitu pun dengan menulis, harus terus-menerus dilatih.

Saya sering membaca kisah para penulis di dunia maya, meskipun dalam keadaan stres dan pikiran sedang kacau balau ternyata mereka masih mampu menulis sebanyak 20 halaman dalam satu hari. Wow! Bagi saya, kemampuan mereka sangat hebat, karena saya sendiri belum sanggup seperti itu.

Selain dengan rajin berlatih menulis, ada beberapa kiat-kiat yang harus kita lakukan untuk menjadi penulis yang baik. Berikut ini kiat-kiat untuk jadi penulis yang saya kutip di buku “Panduan Menjadi Penulis, Kiat-kiat Menulis di Media Massa” yang ditulis sendiri oleh dosen saya itu:


1. Rajin Membaca
Rajin membaca adalah modal paling utama untuk menjadi penulis. Dengan membaca, referensi kita bisa semakin banyak dan luas, pemikiran dan ide kita juga menjadi berkembang, sehingga tulisan yang kita buat pun akan lebih berisi. Selain itu, kita juga bisa mempelajari tulisan orang lain dan bagaimana cara ia mengemukakan pandangannya lewat tulisan yang ia buat. “Anda tidak dapat menjadi seorang penulis kecuali bila Anda mengetahui bagaimana seorang penulis membuat tulisan”.

2. Tentukan Bidang Spesialisasi
Kita memang boleh menulis apa saja yang kita inginkan, tapi sebaiknya disesuaikan dengan bidang yang lebih kita minati dan kuasai agar hasil tulisan kita lebih memadai dan berkualitas. Dengan menguasai salah satu bidang, contohnya bidang pendidikan, kita bisa menyumbang pemikiran atau ide melalui tulisan saat masalah-masalah pendidikan sedang hangat-hangatnya dibicarakan.

3. Kreatif dan Berintelijensi Memadai
Kreatif dalam menulis mengacu pada kemampuan si penulis dalam menciptakan sebuah tulisan. Penulis yang kreatif tidak akan kehilangan tema, apa pun yang ia lihat dan yang ada di sekitarnya bisa menjadi tema yang menarik untuk ditulis. Sedangkan intelijensi mengacu pada kemampuan mental, kemampuan belajar dan kemampuan memahami si penulis dalam memusatkan pembahasan masalahnya, mengembangkan ide, mencari keterkaitan antara satu masalah dengan masalah yang lain, dan menemukan gagasan yang baru sesuai dengan topik tulisan yang dibuat.

4. Punya Kemauan
Kemauan atau ambisi dalam menulis bisa menimbulkan semangat untuk meningkatkan kemampuan menulisnya. Banyak yang menyatakan berminat jadi penulis, tapi sedikit sekali yang benar-benar mau menjadi penulis. Tanpa adanya kemauan, seseorang tidak akan tergerak untuk menulis apalagi menulis bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan.

5. Punya Motivasi
Motivasi adalah niat. Motivasi seseorang dalam menulis bisa bermacam-macam: ada yang mengejar kepopuleran, ingin mendapatkan penghasilan atau menjadikan menulis sebagai profesi. Tapi yang lebih baik menulis digunakan sebagai sarana untuk berbagi ilmu dan wawasan, pengalaman dan menyumbangkan pemikiran terhadap suatu masalah yang sedang terjadi. Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Saya sering membaca buku-buku orang yang sukses seperti Steve Job dan Bill Gates. Mereka mau dan membagikan kisah-kisah kesuksesannya dan kiat-kiat meraih kesuksesan melalui sebuah buku. Hanya saja mungkin di antara banyaknyai orang-orang yang sukses dan pintar di dunia ini, sangat sedikit sekali yang membagikan ilmunya dengan cara seperti itu. Padahal ilmu itu justru akan bertambah jika dibagikan kepada orang lain.

6. Punya Kemampuan
Kemampuan dalam menulis meliputi kemampuan mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat, kemampuan berbahasa tulisan, dan kemampuan berbahasa jurnalistik. Namun, jika bakat yang kita punya tidak dilatih maka bakat tersebut bisa lenyap begitu saja. Seperti kata Mario Teguh, bukan bakat yang akan memberhasilkanmu, tapi kesungguhanmu untuk membakati pelajaran dan pekerjaanmu.

7. Luangkan Waktu
Luangkan waktu dan kondisikan diri kita senyaman mungkin agar nyaman untuk menulis, karena menulis pun butuh waktu bahkan bisa menghabiskan waktu kita seharian. Lain halnya dengan wartawan, editor, atau sastrawan yang menjadikan menulis sebagai profesi utamanya. Waktu untuk menulis memang jam kerja mereka.

Mengulangi kata-kata dosen saya yang sudah ditulis di bagian awal, belajar menulis itu seperti belajar berenang, betapa seringnya seseorang membaca buku tentang kiat-kiat berenang ia tetap tidak akan bisa berenang selama tidak menceburkan diri ke kolam renang. Jadi, menulis, menulis, dan menulislah. Semoga bermanfaat 


(AKLmn, 24 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dan meninggalkan jejak :)