Facebook

Kamis, 31 Mei 2012

Pelajaran Hidup dari Semut

Foto karya Andrey Pavlov




Foto karya Andrey Pavlov


Pernah lihat foto-foto karya Andrey Pavlov yang bertema “The fantasy world of ants” di situs Yahoo??? Di sana terlihat foto-foto semut yang begitu kuat mengangkat ranting seorang diri, bekerja sama mengangkat tomat, dan sedang menolong sesamanya. Begitu banyak pelajaran tentang hidup yang bisa kita contoh dari makhluk mungil ini. Hingga Al-Qur’an pun memuliakan makhluk ini di dalam salah satu suratnya yang bernama An-Naml yang berarti semut. 

Dalam surat An-Naml ayat 23 disebutkan: "Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." (QS. An-Naml, 23: 18). Dari ayat tersebut dapat dipahami tentang adanya sistem komunikasi yang baik di antara semut yang terbiasa hidup bermasyarakat dan berkelompok itu.

Rabu, 30 Mei 2012

Pancasila vs Negara Islam Indonesia

NII (Negara Islam Indonesia) adalah salah satu gerakan dengan latar belakang yang memiliki kaitan dengan paham sekularisme. Mengutip dari situs Wikipedia Indonesia, dalam istilah politik, sekularisme adalah suatu pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.

Negara Islam Indonesia (disingkat NII : dikenal juga dengan nama Darul Islam). Lahir sebagai bentuk pemberontakan atas ketidakpuasan terhadap Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang dicetuskan pada 18 Agustus 1945, dengan sebelumnya mencoret tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. Padahal tujuh kata yang terdapat dalam butir pertama dari lima lima butir yang kelak menjadi Pancasila telah disetujui oleh pihak islam dan kaum kebangsaan (nasionalis) dan dirumuskan oleh panitia sembilan yaitu : Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A. A Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, Achmad Subardjo, Wachid Hasjim dan Muhammad Yamin pada 22 Juni 1945. Hasil kompromi tersebut terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta. 

Selasa, 29 Mei 2012

Daftar Impian Saya

Rasanya geli saat membaca kembali tulisan di selembar kertas berwarna biru yang pernah saya buat lima tahun silam. Tulisan itu berisi daftar impian/cita-cita/target hidup saya saat memasuki awal perkuliahan, ya setiap tahunnya saat penerimaan mahasiswa baru di kampus saya, kami memang disuruh menuliskan daftar impian/cita-cita/target hidup pada lembaran kertas yang telah disediakan panitia. Seingat saya metode yang digunakan adalah Metode Daftar Impian Goddard dengan tujuan untuk mengelola hidup dan merencanakan masa depan.

Inilah beberapa daftar impian/cita-cita/target hidup saya:
  • Lulus S1 dalam waktu 3,5 tahun
  • Bekerja sebagai wartawan dan reporter
  • Mewujudkan keinginan orang tua dan keluarga
  • Mendirikan rumah kucing
  • Menikah sebelum berumur 25 tahun
  • Melanjutkan S2 ke luar negeri
  • Mempunyai banyak anak
  • Mendirikan sekolah gratis
  • Menerbitkan novel
  • Menjadi reporter internasional
  • Menjad pecatur profesional
  • Melanjutkan S3 ke luar negeri
Sampai sekarang saya masih merenungi apa yang sudah saya tulis itu, sambil bertanya-tanya, kok bisa sih saya menulis seperti itu??? Apalagi di awal-awal perkuliahan pikiran saya kan masih sangat polos . Kalau melihat apa yang sudah saya capai di hari ini rasanya mimpi hanya jadi sekadar mimpi, hehe... Bukan berarti pesimis sih, tapi apa yang saya lakukan beberapanya tidak mengarah ke daftar-daftar mimpi yang sudah saya tulis itu. Suatu kondisi yang tidak kita duga, kadang membuat planning kita pun harus ikut berubah. Tapi tentunya saya tetap berusaha mewujudkan apa yang bisa saya wujudkan saat ini dan untuk masa depan. Jadi, apa mimpimu untuk masa depan nanti?

(AKLmn, 29 Mei 2012)

Cita-Citaku…


“Cita-cita kamu apa, Da?” terngiang kembali pertanyaan ibu guru ketika saya masih duduk di bangku SD. Saat itu dengan yakin dan tersenyum saya menjawab, “Jadi guru”. Entah apa yang membuat saya yakin dan mantap dengan pilihan itu. Mungkin karena profesi ini sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari saya.  Ayah saya guru, bibi, paman, kakek, semuanya guru. Rasanya menyenangkan bisa menjadi seperti mereka. Tapi itu dulu… Karena cita-cita itu hanya bertahan sampai saya kelas 3 SMA.

Memasuki masa kuliah, cita-cita saya mulai berubah haluan. Selain karena terinspirasi film Gie yang seorang wartawan, ada tujuan kuat yang mendasari keinginan saya itu. Keinginan itu semakin mantap ketika saya diterima di jurusan Jurnalistik. Gambaran seorang wartawan lebih menyenangkan dan lebih menantang. Pergi ke daerah konflik untuk meliput berita, pergi ke seluruh penjuru dunia, dan pergi ke tempat mana pun yang kita inginkan. Mimpi-mimpi yang indah. 


Jumat, 25 Mei 2012

Belajar Menulis Sama Seperti Belajar Berenang



Saya sering ditanya tentang kiat-kiat menjadi penulis yang baik oleh teman-teman saya yang tertarik dengan dunia tulis-menulis. Jujur saja saya sendiri masih sering kesulitan untuk menuliskan hal-hal yang saya anggap menarik karena sering mood-mood-an untuk menulis. Padahal kunci utama untuk menjadi penulis yang baik adalah menulis, menulis dan menulis. Seperti yang pernah dikatakan Pak Asep Syamsul Romli, salah satu dosen saya saat masih duduk di bangku kuliah, katanya belajar menulis itu seperti belajar berenang, betapa seringnya seseorang membaca buku tentang kiat-kiat berenang ia tetap tidak akan bisa berenang selama tidak menceburkan diri ke kolam renang. Begitu pun dengan menulis, harus terus-menerus dilatih.

Saya sering membaca kisah para penulis di dunia maya, meskipun dalam keadaan stres dan pikiran sedang kacau balau ternyata mereka masih mampu menulis sebanyak 20 halaman dalam satu hari. Wow! Bagi saya, kemampuan mereka sangat hebat, karena saya sendiri belum sanggup seperti itu.

Selain dengan rajin berlatih menulis, ada beberapa kiat-kiat yang harus kita lakukan untuk menjadi penulis yang baik. Berikut ini kiat-kiat untuk jadi penulis yang saya kutip di buku “Panduan Menjadi Penulis, Kiat-kiat Menulis di Media Massa” yang ditulis sendiri oleh dosen saya itu: