Memasuki masa kuliah, cita-cita saya mulai berubah haluan. Selain karena terinspirasi film Gie yang seorang wartawan, ada tujuan kuat yang mendasari keinginan saya itu. Keinginan itu semakin mantap ketika saya diterima di jurusan
Jurnalistik. Gambaran seorang wartawan lebih menyenangkan dan lebih menantang.
Pergi ke daerah konflik untuk meliput berita, pergi ke seluruh penjuru dunia, dan pergi ke tempat mana pun yang kita inginkan. Mimpi-mimpi yang indah.
Sampai akhirnya saya harus mencoba mengubur dalam-dalam mimpi indah itu, selain merasa egois jika terus-menerus mengejarnya, juga ada beberapa alasan yang tidak bisa saya ceritakan. Tapi setidaknya saya pernah merasakan menjadi wartawan yang sesungguhnya meskipun hanya dalam waktu tiga bulan, ditambah kegiatan-kegiatan saya selama aktif di pers kampus. Itu akan jadi pengalaman yang berharga yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapan pun.
Sampai akhirnya saya harus mencoba mengubur dalam-dalam mimpi indah itu, selain merasa egois jika terus-menerus mengejarnya, juga ada beberapa alasan yang tidak bisa saya ceritakan. Tapi setidaknya saya pernah merasakan menjadi wartawan yang sesungguhnya meskipun hanya dalam waktu tiga bulan, ditambah kegiatan-kegiatan saya selama aktif di pers kampus. Itu akan jadi pengalaman yang berharga yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapan pun.
Saat ini saya sedang menekuni dan menjalani
tahap-tahap menjadi seorang penulis. Ternyata menjadi penulis juga adalah salah
satu cita-cita saya yang sudah tertanam sejak kecil. Saya baru ingat waktu SMP pernah
berkeinginan menjadi salah satu bagian dari majalah Annida, salah satu majalah
islami yang dulunya sangat populer di pesantren saya.
Menjadi penulis seolah-olah terlihat mudah, tapi tak semudah yang
diperkirakan dan tak juga sesulit yang dibayangkan. Minimal mulailah dengan
menulis hal-hal yang ringan seperti menulis tentang kehidupan sehari-hari atau cerpen. Bisa juga
dengan membuatkan surat cinta atau puisi untuk teman, seperti yang pernah saya lakukan beberapa tahun
lalu, tapi sekarang sudah saya tinggalkan, hehe... Sampai
akhirnya menulis hal-hal yang lebih serius seperti artikel dan berita.
Menjadi penulis harus memiliki ketekunan, karena menulis pun butuh
latihan yang konsisten. Seperti yang tegas dikatakan oleh Harry Edward Neal
(1959), “Jangan berharap akan menjadi penulis profesional sekali lagi, profesional
dalam waktu singkat.”
Selain ketekunan, tentunya untuk menjadi penulis harus mempunyai
modal. Seperti yang dikatakan Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya “Panduan
Menjadi Penulis”, modal paling fundamental (mendasar) yang harus dimiliki
seorang (calon) penulis adalah rajin membaca. Bisa dikatakan, rajin membaca
adalah kunci sukses seorang penulis. Jadi, baca...baca…baca…
Begitu kau meninggalkan
bangku sekolah. Malah, pelajaran yang sebenarnya baru dimulai, dan
untuk itu diperlukan lebih banyak upaya, energi, dan belajar daripada
sebelumnya jika ingin kesuksesan mendatangimu.
_The Lessons_
(AKLmn,
29 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dan meninggalkan jejak :)