Facebook

Selasa, 31 Agustus 2010

"Kami Menangis di Cikapundung"


Sore hari itu, jarum jam menunjuk angka tiga. Hujan gerimis menemani langkah saya bersilaturahmi ke sungai Cikapundung. Ini sekaligus menjadi tugas terakhir job training saya disalah satu media cetak nasional. Seperti kata Redaktur media tempat saya job training, masalah sungai Cikapundung memang bukan masalah yang baru, tapi masalah ini selalu menarik untuk ditelusuri karena tak pernah kunjung selesai.

Inilah dunia bawah dan disanalah dunia atas. Berada disini memang seperti berada di dunia yang tak biasanya. Begitu kontras saat mata memandang keatas, namun atmosfir yang berbeda akan tampak saat mata memandang kebawah. Mungkin seperti surga dan neraka, ah terlalu kejam jika menganalogikan seperti itu.

Mata saya lalu berkeliling mencari seseorang, ya saya memang harus bertanya pada seseorang untuk dijadikan narasumber. Saat itu mata saya tertuju pada seseorang berbaju lusuh yang tengah duduk santai sambil melihat sungai Cikapundung, sebut saja namanya Sumiati (nama samaran).


Cikapundung Muntah, Banyak Limbah



Ayi Vivananda mengatakan sungai Cikapundung akan menjadi embrio sungai bersih di kota Bandung, menyusul komitmen Pemda untuk membersihkan seluruh sungai dari sampah dan limbah di Bandung. Keterlibatan banyak pihak membuat Wakil Walikota kota Bandung ini cukup optimis program ini bisa terealisasikan dengan baik.

“Langkah ini akan diwujudkan dengan melakukan pengerukan sedimentasi di 11 titik sungai Cikapundung dan melakukan embrio sungai bersih sepanjang 3 km disungai Cidurian (anak sungai Cikapundung) untuk menyebarkan 100.000 ekor ikan,” katanya usai rapat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Auditorium Rosada, Kamis (26/8)

Penanganan pencemaran sungai Cikapundung memang tidak mudah. Ada dua hal yang menjadi penyebab utama rusaknya kualitas sungai Cikapundung yaitu sampah dan limbah domestik. Berbicara mengenai sampah dan limbah domestik ini tentunya tidak bisa terlepas dari peran masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai Cikapundung.


Jumat, 16 Juli 2010

Persentase Karies Gigi Lebih Tinggi Pada Anak-Anak


Malang bagi Fetra (sembilan tahun) dan Fajrul (10 tahun). Kedua siswa kelas empat SD Juara Bandung ini harus merelakan gigi gerahamnya dicabut saat mengikuti kegiatan edukasi, sikat gigi bersama, pemeriksaan dan perawatan gigi gratis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran, Bandung.

Kedua siswa ini mengaku jarang menggosok gigi, baik sehabis makan ataupun sebelum tidur. Juga tidak ada anjuran dari orangtua untuk menggosok gigi, bahkan memeriksakan gigi mereka.

Menurut Guru SD Juara Bandung, Enok Rohayani (28 tahun), gigi kedua siswa asuhannya ini terpaksa dicabut karena telah berlubang cukup tinggi. “Dari 138 siswa SD Juara Bandung yang datang memeriksakan giginya, hanya dua siswa yang giginya dinyatakan bagus, sedangkan 80 persen lainnya dinyatakan harus segera diberikan perawatan karena memiliki karies gigi,” katanya.


Kamis, 01 Juli 2010

Kampung De’Tuik, Pesona Kampung Haur Manggung

Kampung De’Tuik merupakan nama salah satu restoran Sunda yang berada di Jalan Bojong Koneng Atas, Kampung Haur Manggung Cikutra, Bandung. Sekilas namanya terdengar asing dalam bahasa Sunda. Namun, arti nama De’Tuik merupakan singkatan dalam bahasa Sunda Deudeuieun Tuang Ieu Katuangan (Terus makan ini makanan).

Lokasinya memang cukup jauh dengan jalannya yang tidak mulus. Namun, semua itu akan terbayar saat melihat pemandangan di Kampung De’Tuik. “Pemandangannya alami dan natural dengan dikelilingi banyak pohon bambu membuat siapa saja betah berlama-lama berada disini,” kata Pengelola restoran Kampung De’Tuik, Iyan.

Kampung De’Tuik berdiri pada tahun 2006 oleh Rakhmat Basuki bersama istrinya Ina Wiyandini (pendiri Ina Cookies) dengan luas sekitar 1,1 hektar. Saungnya dulu terbuat dari kayu-kayu buatan kini diganti dengan bambu. “Penggantian ini karena menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya yang terdapat banyak pohon bambu, juga nama lokasinya Kampung Haur, haur kan dalam bahasa indonesianya berarti bambu,” terangnya.


Kampung De’Tuik, Tak Sekadar Mengenyangkan Perut

Kampung De Tuik (Bandung)

Lokasi Kampung De’Tuik yang cukup jauh membuat restoran ini tidak terlalu berharap orang-orang datang hanya sekedar makan, sehingga Kampung De’Tuik mencari alternatif lain dengan cara mengadakan berbagai program-program untuk anak-anak hingga orangtua.

Menurut Pengelola restoran, Iyan Radiana, Kampung De’Tuik memiliki ciri khas yang berbeda dengan restoran-restoran lain. Pemilik restoran ini, yang juga pemilik pabrik kue Ina Cookies adalah seorang enterpreuneur. Sehingga Kampung De’Tuik sekaligus menjadi enterpreneur camp. “Beberapa program-program pelatihannya diantaranya Mapak Kampung, Cookids, The Teens Camp, Life Mapping dan The Company.”

Mapak Kampung, kata Iyan, merupakan program pelatihan untuk siswa SD. Mapak Kampung ini memperkenalkan pada anak-anak tentang mengolah sawah, menanam padi, melihat aktivitas petani dan menangkap belut. “Mapak Kampung bertujuan untuk memperkenalkan alam dan meningkatkan apresiasi anak-anak terhadap budaya luhur Indonesia,” katanya.


Senin, 14 Juni 2010

Generasi Muhammadiyah Cenderung Lebih Konservatif

Ketua Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan Muhammadiyah pada abad kedua ini telah kehilangan spirit awal yang telah ditumbuhkan oleh para pendirinya. Generasi Muhammadiyah saat ini cenderung lebih konservatif dibandingkan generasi pendahulunya. Sehingga perlu mengembalikan Muhammadiyah pada semangat awal keberadaannya. “Dalam buku ini, saya sekedar ingin mengangkat kembali khazanah lama Muhammadiyah, yang saat ini telah tercecer dan mengalami diskontinuitas pada generasi baru, sehingga generasi baru saat ini terlihat kehilangan jejaknya mengenai hakikat jati diri Muhammadiyah,” ucapnya saat memaparkan isi buku terbarunya di acara Launching dan Bedah Buku “Muhammadiyah Gerakan Pembaruan” di Mesjid Mujahidin, Bandung, Sabtu (29/5). 

Menanggapi buku Haedar Nashir, Ketua Majelis Hikmah Muhammadiyah sekaligus salah satu yang membedah buku, Saeful Muhtadi, mengatakan muktamar kali ini adalah muktamar satu abad muhammadiyah. Bagaimana memasuki abad yang kedua harus meninjau kembali gerakan pembaharuan muhammadiyah sudah berjalan pada jalannya yang benar sesuai dengan khittah Muhammadiyah yang pernah dicetuskan oleh penggagasnya pada tahun 1912 atau mungkin sudah keluar. “Buku Haedar Nashir menjadi sangat penting untuk mengantisipasi berbagai persoalan yang akan dibicarakan dalam muktamar Muhammadiyah pada 3-8 Juli nanti di Jogjakarta,” ujarnya kepada wartawan. 

Senin, 26 April 2010

Seni dalam Mengemis


Hari sudah makin gelap, jam di handphone menunjukkan pukul enam sore. Pada jam segini, jika saya beruntung saya bisa mendapat bis terakhir menuju Cibiru. Entah TMB (Trans Metro Bandung) atau DAMRI, sama saja. Dari kejauhan hanya terlihat seorang nenek tengah duduk di shelter TMB, perkiraan saya nenek itu sama sedang menunggu bis TMB atau DAMRI.

“Bisnya udah lewat, Neng,” kata nenek itu tiba-tiba saat saya duduk di sampingnya.

“Oh…jadi udah ga ada bis ke Cibiru ya?” Tanya saya basa-basi.

“Kurang tahu, kata bapak yang itu nunggu aja bis DAMRI yang ke Jatinangor,” kata nenek itu sambil menunjuk kearah bapak yang berbaju putih. Bapak itu adalah penjaga TMB, ia sedang menyalakan motornya. Sepertinya ia bergegas pulang karena tugasnya telah selesai.

Setelah kepergian bapak itu, nenek yang ada disamping saya lalu bercerita jika bapak yang tadi memberinya uang Rp 2.000 untuk ongkosnya pulang. Belum selesai nenek itu bercerita bis TMB nampak melaju dari kejauhan. Saya bersyukur karena dapat bis yang terakhir. Saya lalu mengajak nenek itu naik, entah sebenarnya kemana tujuan nenek itu, tapi ia mengikuti ajakan saya.

Jumat, 09 April 2010

CURHAT (Harap baca sampai akhir)


Selingkuh ah, bisik saya dalam hati. Bosan. Jenuh. Kecewa. Rasanya menyenangkan jika saya selingkuh, hari-hari saya bisa lebih cerah. Saya bisa lebih bahagia. Saya juga bisa lebih sering tersenyum. Gambaran perselingkuhan yang indah.

Saya mulai menyeleksi. Memilih. Lalu beraksi. Petualangan yang menarik itu membuat saya kembali bergairah. Bersemangat. Memulai langkah baru, hidup baru dengan warna-warni baru.

Saya juga harus membagi waktu. Mengendap-endap. Mencari seribu alasan klise hingga alasan-alasan konyol lainnya. Tak mudah memang menjalani perselingkuhan. Butuh banyak pengorbanan dan kepura-puraan.

Selingkuh adalah pilihan. Kesepian penyebabnya. Tak ada lagi canda tawa seperti dulu. Tak ada lagi saling pengertian. Tak ada lagi kecocokan. Tak ada lagi kenyamanan. Benar-benar terasa sendiri. Rasanya ingin bebas, terlepas dan terlupakan.

Tapi selingkuh tak selamanya menyenangkan, saya mulai merasa kehilangan. Sangat kehilangan. Ah hanya kesenangan yang sesaat ternyata. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali, walaupun belum puas berselingkuh. SUAKA...you are the best for me.

***Hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang mengerti ***

(AKLmn, 09 April 2010)

Panas!!! Panas!!!


Titut-titut…
Pagi-pagi sekali handphone saya sudah berbunyi. Klik. Setengah mengantuk, SMS yang masuk langsung saya buka. Ternyata itu SMS dari seorang teman. Isi SMS itu bisa membangunkan saya secara total dari tidur, begini isi SMS-nya :

Pengumuman!!!
Selama kurang lebih empat hari ke depan, mulai hari ini jangan memakai baju warna hitam karena matahari sedang mencapai titik terdekat dengan bumi. Seluruh dunia mengalami kenaikan suhu 4 derajat. Berpeluang kena kanker, jadi gunakan sunblock dan banyak minum air putih. Sebarkan.

Rasanya isi SMS itu bukan hanya isapan jempol belaka. Pagi, beberapa hari ini memang sudah terasa berbeda. Terik matahari sudah tampak, bersinar, dan mulai menyebarkan hawa panas. Padahal jam masih menunjukkan pukul 07.00. Tetes demi tetes keringatpun mulai bercucuran di sekujur badan seolah-olah telah manjalani rutinitas pagi yang berat membuat siapapun tergoda untuk segera mandi pagi.

Beberapa hari ini saya pun jadi terbiasa mandi sore, kebiasaan yang jarang sekali saya lakukan karena saya memang malas mandi sore.

Tapi sepertinya memang tak cukup hanya mandi dua kali sehari, pagi-sore, karena malam pun rasanya ingin berendam juga di air yang sangat dingin. Ah benar-benar hari yang sangat panas. Tak jarang emosi pun jadi kurang terkendali.


(AKLmn, 26 April 2010)