Facebook

Sabtu, 29 Desember 2012

Nyaris Jadi Korban di Dalam Angkot


(Diposting di catatan Facebook 16 Januari 2012 pukul 17:40, lupa belum diposting di Blog ) ·

Gambar diambil dari www.inilah.com

Lagi-lagi tindakan kriminal di dalam angkot terjadi di Bandung. Padahal baru tiga bulan yang lalu sopir angkot jurusan Elang-Abdul Muis, Ahmad Diningrat, dibunuh gara-gara menyelamatkan penumpangnya dari penjambret. Kali ini nasib nahas menimpa Rahma Nurbaeti (43 tahun).  Ia harus dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin karena payudaranya ditembak saat ia berusaha  menyelamatkan tasnya dari penjambret di dalam angkot jurusan Ciparay-Tegallega.

Kasus  yang terulang lagi ini menggambarkan betapa buruknya keamanan di dalam angkutan umum yang ada di Bandung. Mungkin sudah ada banyak korban yang sama seperti Ahmad atau pun Beti namun tak terekspos media. Saya sendiri pun nyaris menjadi korban, tapi nasib saya bisa dibilang lebih beruntung dibandingkan kedua korban yang saya sebutkan tadi.


Kejadian yang menimpa saya itu terjadi tiga bulan yang lalu, sebelum pembunuhan yang menimpa Ahmad terjadi. Saat itu saya dan teman saya habis pulang menghadiri acara wisuda di daerah Sabuga, kami terpisah di daerah Taman Sari, karena arah pulang kami berlawanan, saya pulang ke daerah Holis sedangkan teman saya ke daerah Ledeng.

Meskipun terbiasa dengan kegiatan liputan yang tidak mengenal waktu, saya sebenarnya takut pulang sendirian jam 8 malam, terlebih lagi kawasan yang akan saya lalui sangat sepi, tapi saat itu saya berencana pulang ke rumah untuk minta antar bapak karena ada acara penting di kampus yang wajib saya hadiri. Dengan sedikit keberanian saya lalu naik angkot jurusan Caringin-Sadang Serang menuju Jalan Sudirman.

Sebelum sampai di perempatan Jalan Sudirman, saya lalu turun dan langsung menyetop angkot jurusan Ciroyom-Bumi Asri. Dengan harapan agar angkot yang saya naiki tidak nge-tem dulu. Di dalam angkot sudah ada tiga penumpang, dua orang laki-laki duduk di depan, berdekatan dengan sopir, satu orang perempuan dengan posisi duduk agak dipojok. Saya lalu memilih duduk disamping pintu, terbiasa jika naik angkot sendirian.

Dugaan saya salah, angkot yang saya naiki tetap saja nge-tem di perempatan Jalan Sudirman. Malam itu angkot yang saya naiki nge-tem cukup lama dari biasanya padahal jalanan sudah sangat sepi, anehnya sopir maupun orang-orang yang sedang nongkrong di sekitar situ tidak mengajak orang-orang yang berlalu-lalang untuk menaiki angkotnya.

Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri sopir, entah apa yang mereka katakan, saya melihat laki-laki itu melirik ke penumpang perempuan yang ada di depan saya itu. Laki-laki itu pun lalu pergi. Tidak beberapa lama datang lagi lak-laki yang berbeda menghampiri sopir, mereka terlihat berbincang-bincang, saya pun melihat laki-laki itu melirik juga ke arah perempuan itu.

Lirikan mereka membuat saya ikut melirik ke perempuan di depan saya. Perempuan itu terlihat seksi dengan baju pendek dan celana hot pants-nya, ditambah tubuhnya yang sintal. Saya jadi sadar kenapa kedua laki-laki itu melirik ke arah perempuan seksi itu. Itulah awal kecurigaan saya. Seketika rasa takut mulai menyelimuti jiwa saya. Lagi, saya pandangi perempuan bercelana hot pants itu, haduh mbak, kenapa malam-malam gini pakaiannya kaya gitu sih, dumel saya dalam hati.

Tak berapa lama kedua orang yang tadi mengobrol dengan sopir naik ke dalam angkot. Angkot pun langsung melaju, anehnya sangat pelan. Saya lalu memperhatikan kedua penumpang baru itu penuh curiga, karena dari mulai masuk angkot kedua tangan mereka tidak sedikit pun lepas dari saku jaket yang mereka pakai. Itu yang di dalam saku, kalau bukan obat bius, pasti pisau, tebak saya dalam hati, sambil meminum air botol dengan gaya dewa mabuk yang sering saya lihat di film mandarin untuk menyembunyikan rasa takut saya. (Hohoho ada-ada aja ya, tapi adegan ini beneran loh).

Merasa diawasi, salah satu dari penumpang baru itu mengeluarkan tangannya dan memperlihatkan HP dalam genggaman tangannya, seolah-olah sambil berkata “Nih, yang saya genggam itu hanya HP Neng, bukan apa-apa”. Namun, dengan bersikap seperti itu, kecurigaan saya malah semakin kuat. Terbiasa menonton film tentang detektif, FBI dan semacamnya sikap seperti itu justru hanya ingin membuat kita lengah dengan mempercayai apa yang terlihat oleh mata.

Di sepanjang jalan menuju Holis saya terus berdoa, dengan memohon pertolongan pada Allah dan membaca ayat Qursy yang sering dianjurkan oleh mama. Namun, tak biasanya hati saya malah semakin gelisah. Pikiran saya diselimuti penuh hal-hal negatif yang sulit sekali dihilangkan.

Angkot pun berhenti sejenak karena ada dua penumpang laki-laki lagi yang masuk. Biasanya semakin rame penumpang, saya akan sedikit tenang. Namun, malam itu begitu berbeda. Saya terus-menerus berdoa, semakin kuat doa saya, namun semakin kuat juga kecurigaan saya. Apakah Allah memang sengaja menunjukkan semuanya sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan agar saya bisa mempersiapkan diri? Entahlah....

Saat kecurigaan saya sudah pada puncaknya, saya semakin merapatkan diri ke pintu angkot, bersiap-siap meloncat jika terjadi sesuatu. Salah satu penumpang baru itu lalu duduk di belakang saya, satunya lagi duduk di bangku kecil yang tersedia di belakang sopir, tapi akhirnya pindah tempat duduk ke belakang perempuan berbaju seksi itu karena disuruh temannya. Baru juga melaju sebentar angkot pun berhenti lagi karena ada penumpang yang mau naik lagi. Saat naik, ia menyuruh saya pindah posisi duduk, lebih ke dalam. Namun saya menolak, “Tuh di dalam masih kosong,” kata saya sedikit sinis. Laki-laki itu pun maju ke dalam angkot. Entahlah kejadiannya begitu cepat, yang saya lihat laki-laki itu sudah memegang tangan dan tas perempuan berbaju seksi itu. Dengan spontan saya langsung loncat dari angkot. Rasanya saya seperti melayang, saking gemetarannya seolah-olah kaki pun tidak menginjak tanah. Saya lari sekuat tenaga, menyelamatkan diri sekaligus meminta pertolongan, sambil membayangkan nasib perempuan yang ada di dalam angkot.

Tak disangka, perempuan itu juga berhasil melarikan diri, dan berlari mengikuti saya.
“Ya Allah, mbak alhamdulillah selamat,” kata saya.
“Iya tadi saya lihat mbak loncat, jadi saya juga ikut loncat,” kata perempuan itu.
“Tadi mbak diapain?” tanya saya
“Tangan saya dipegang, tas saya juga dipegang, tapi saya berontak. Untung saya lihat mbak loncat, jadi yang terlintas dipikiran saya, saya juga ikut loncat kaya mbak” jawab perempuan itu.

Agak lucu juga, sempat-sempatnya kita mengobrol saat lari menyelamatkan diri dan meminta pertolongan. Adegannya memang mirip kayak di sinetron-sinetron, tapi yang ini benar-benar terjadi, dengan delapan orang penjahat yang berpura-pura menjadi penumpang. Dan kejadian ini bisa terulang lagi jika kita tidak waspada. 

Terutama untuk perempuan-perempuan, usahakan jangan pernah pergi sendirian di malam hari. Kalau pun terpaksa pergi, harus ektra hati-hati mengingat kasus kriminal di dalam angkot sebagian besar korbannya adalah perempuan. Hati-hati juga terhadap lirikan dan tatapan mata yang mencurigakan. Saat kita merasa tidak aman di dalam angkot, lebih baik kita turun dan mencari angkot yang kita rasa lebih aman. Dan yang paling utama selalu mengingat Allah ke mana pun dan di mana pun kita berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dan meninggalkan jejak :)