Hari sudah makin gelap, jam di handphone menunjukkan pukul enam sore. Pada jam segini, jika saya beruntung saya bisa mendapat bis terakhir menuju Cibiru. Entah TMB (Trans Metro Bandung) atau DAMRI, sama saja. Dari kejauhan hanya terlihat seorang nenek tengah duduk di shelter TMB, perkiraan saya nenek itu sama sedang menunggu bis TMB atau DAMRI.
“Bisnya udah lewat, Neng,” kata nenek itu tiba-tiba saat saya duduk di sampingnya.
“Oh…jadi udah ga ada bis ke Cibiru ya?” Tanya saya basa-basi.
“Kurang tahu, kata bapak yang itu nunggu aja bis DAMRI yang ke Jatinangor,” kata nenek itu sambil menunjuk kearah bapak yang berbaju putih. Bapak itu adalah penjaga TMB, ia sedang menyalakan motornya. Sepertinya ia bergegas pulang karena tugasnya telah selesai.
Setelah kepergian bapak itu, nenek yang ada disamping saya lalu bercerita jika bapak yang tadi memberinya uang Rp 2.000 untuk ongkosnya pulang. Belum selesai nenek itu bercerita bis TMB nampak melaju dari kejauhan. Saya bersyukur karena dapat bis yang terakhir. Saya lalu mengajak nenek itu naik, entah sebenarnya kemana tujuan nenek itu, tapi ia mengikuti ajakan saya.