Akhir-akhir
ini saya sedang merenungi sesuatu, mempertanyakan tentang kesiapan dan
kemantapan hati saya untuk melangkah ke tahapan selanjutnya dalam perjalanan
hidup alias menikah. Pertanyaan-pertanyaan dilematis ini muncul bukan tanpa
sebab. Berawal dari perasaan bersalah yang timbul karena saya merasa
“menyakiti” orang-orang baik yang menyatakan keseriusan dan niat baiknya untuk
hubungan yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Hingga saya sadari ketegasan saya
disalahpahami dan dianggap menyakiti, lalu menimbulkan berbagai opini dan sikap
yang kurang mengenakan dari beberapa pihak. Meski sangat disesalkan, tapi tak
bisa dihindari urusan hati memang bisa merenggangkan pertemanan bahkan merusak
hubungan silaturahmi yang sudah terjalin dengan baik.
Ya,
bertahan dengan status single di umur segini memang bukan hal yang mudah. Bukan
juga hal yang menyenangkan. Banyak pandangan negatif yang harus kita terima.
Telinga pun harus kebal dari perkataan-perkataan yang tidak menyenangkan, harus
terbiasa disebut perempuan yang dingin, kejam, de el el el el. Wah … dikira ini
hati terbuat dari besi kali ya *geleng-geleng kepala*. Ada yang menasehati, ada
yang menggurui, ada yang memarahi, dan level yang paling menyebalkan adalah sok
tahu dan mengasihani. Kadang saya tak habis pikir, mengapa orang-orang begitu
mudah meng-judge dan menilai seseorang. Tapi apalah daya, saya tidak punya
kekuatan dan kekuasaan untuk mengendalikan opini orang-orang yang terlalu
peduli pada kehidupan saya.