Facebook

Senin, 06 Agustus 2012

Praktik Pengemis Palsu di Bulan Ramadhan

Momen Ramadhan sebagai momen yang baik untuk beramal dan memperbanyak pahala kerap kali dimanfaatkan para pengemis palsu untuk mengumpulkan kepingan rupiah demi rupiah untuk mempertebal kantong mereka. Mereka datang dari sejumlah daerah-daerah dan  menyebar ke kota-kota besar di seluruh wilayah Indonesia. Tak heran setiap tahunnya di bulan Ramadhan, jumlah pengemis di kota-kota besar selalu meningkat tajam.

Beberapa kali pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi para pengemis palsu ini. Di Jakarta sendiri, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Raya (Jaya) telah mengeluarkan peraturan daerah (Perda) Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3), salah satunya adalah dengan memberi sanksi hukuman berupa denda Rp 150.000 - Rp 300.000 atau hukuman kurungan selama dua bulan terhadap orang-orang yang tertangkap basah memberi sedekah kepada para pengemis di jalan raya atau di tampat-tempat umum.


Namun, kebijakan Pemrov Jakarta tidak serta-merta membuat para pengemis palsu kapok untuk mencari nafkah dengan cara mengemis ke ibukota. Terbukti dengan jumlah pengemis palsu yang semakin banyak dan menyebar di setiap sudut kota. Sehingga peraturan K3 ini seolah-olah hanya jadi peraturan tertulis yang realisasinya tidak ada.

Ironisnya, perilaku mengemis bukan hanya akibat dari masalah ekonomi. Namun, salah satunya dipengaruhi oleh kultur yang menganggap kemiskinan sebagai suatu kebudayaan (culture of proverty) atau suatu subkultur yang menjadi tradisi turun-temurun yang menganggap kemiskinan sebagai nasib dan takdir Tuhan dan pilihan satu-satunya yang harus diambil untuk mencari nafkah adalah dengan mengemis.

Contohnya di Desa Pragaan Daya, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur. Sekalipun  MUI di Kabupaten Sumenep sudah mengeluarkan fatwa haram untuk mengemis jika masih merasa mampu mencari uang dengan cara yang terhormat. Tetap saja para penduduk Desa Pragaan Daya menjadikan mengemis sebagai profesi dan sebuah tradisi yang sudah turun-temurun. Dari uang hasil mengemis tersebut, penduduk di sana bisa memenuhi kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier.

Bisa dipastikan mengemis menjadi hal yang sangat menjanjikan dibandingkan dengan bekerja keras. Tanpa harus bersusah dan bekerja keras uang bisa begitu saja mengalir ke tangan. Dampaknya tentu saja tidak bisa disepelekan. Sedekah dan infak yang seharusnya diterima oleh orang-orang yang berhak menerimanya tidak tersalurkan sebagaimana mestinya. Padahal ada begitu banyak orang yang lebih berhak untuk mendapatkan sedekah dan infak kita.

Agar tidak merasa serba salah dalam bersedekah atau berinfak ada baiknya kita lebih selektif saat memberi dan menyalurkan sedekah atau infak kita. Ada lembaga-lembaga resmi yang bisa membantu memudahkan kita menyalurkannya pada orang-orang yang lebih berhak seperti BAZIS (Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah) dan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).

Lantas siapa saja yang lebih berhak menerima sedekah atau infak? Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 177:

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

Jelas sekali di sana disebutkan yang berhak menerima infak dan sedekah kita adalah kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya.

(AKLmn, 1 Agustus 2012. Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dan meninggalkan jejak :)