Di umur yang tak lagi muda, pembicaraan tentang pernikahan memang selalu
jadi topik yang tidak basi-basi. Apalagi jika obrolan itu dilakukan bersama
kawan-kawan senasib seperjuangan. Senasib, karena umurnya sama-sama akan
menginjak kepala tiga tapi sama-sama jomblo. Seperjuangan, karena sama-sama
sedang berikhtiar maksimal dalam mencari calon suami yang shaleh dan baik untuk
kehidupan dunia dan akhirat, hehe…. Ditemani berbagai macam camilan, obrolan
saya dan kawan-kawan pun mengalir dan rasanya tidak akan berakhir.
“Heh kalian, masa di antara kita belum ada yang menikah satu pun?” tanya
seorang kawan, sebut saja namanya Mawar.
“Pokoknya saya harus nikah dua tahun lagi,” kata kawan lainnya, sebut
saja namanya Melati.
“Semangat!” kata saya sambil menyembunyikan kesenduan. Mengingat-ingat
jika umur saya sudah lewat dari planning yang sudah ditargetkan.
“Kalau kalian mau konsep pernikahan yang kayak gimana?” tanya Mawar
lagi.
Melati cukup singkat menjawab, “Garden party,” katanya.
Berbeda dengan Melati, Mawar lebih heboh, secara detail dan antusias dia
menceritakan konsep pernikahan idamannya. Bla … bla … bla ….
“Kamu, Nong?” tanya Melati yang diiringi tatapan menyelidik dari Mawar.
“Saya? Hmmm ….”
***